KesiapanPemerintah Daerah Provinsi Riau dan Sumatera Selatan dalam Pelaksanaan Kebijakan Restorasi Gambut. Penulis: Sri Nurhayati Qodriyatun, S.Sos., M.Si. Abstrak: Kebijakan restorasi gambut diluncurkan pemerintah untuk mengurangi dampak negatif kebakaran hutan dan lahan di lahan gambut. Provinsi Riau dan Sumatera Selatan adalah dua provinsi
GubernurBali Made Mangku Pastika meminta semua pihak dapat menjaga kelestarian subak dengan berbagai upaya, terkait dengan telah ditetapkannya sebagai Top News; Terkini; Rilis Pers; Antaranews.com. Pemerintah Majene diminta bantu korban air pasang. Minggu, 5 Desember 2021 22:18
Pendaftaran01 April s/d 15 Juni 2009 '' Gabung Segera " Discount 10% Bagi Yang Daftar Sebelum Tgl 30 Mei 2009 Jl. A Yani Utara 168B, Denpasar, Tlp. 0361-7987159 Email : College168@
p4ZzL3.
Denpasar - Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan kebijakan membatasi pertemuan yang melibatkan orang banyak. Kebijakan itu diambil setelah satu orang turis meninggal lantaran positif terjangkit Virus Corona. Kebijakan tersebut merupakan salah satu poin yang dihasilkan pada Rapat Koordinasi Rakor Satuan Tugas Satgas Penanggulangan Corona Virus Desease COVID-19 di Provinsi Bali. Satgas yang diketuai Sekda Pemprov Bali Dewa Made Indra itu menggelar rapat koordinasi terkait upaya penanggulangan penyakit yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh organisasi kesehatan dunia WHO itu. Rakor yang dilaksanakan di Ruang Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali melibatkan unsur kesehatan, pariwisata, keamanan dan pendidikan. Dalam arahannya, Ketua Satgas COVID-19, Dewa Made Indra meminta jajaran pemerintahan dan aparat keamanan tetap tenang, tak ikut panik dan takut berlebihan. Pariwisata Bali Terancam Ambruk Gara-Gara Virus Corona Stok Masker Langka, Polda Bali Gelar Razia 1 Turis di Bali Positif Corona Meninggal Dunia, 21 Orang Diisolasi "Karena dalam ketenangan, kita dapat bertindak tepat dan rasional," kata Dewa Made Indra, Sabtu 14/3/2020. Selain itu, ia menjelaskan jika satgas diharapkan dapat mengambil langkah yang cepat, terukur dan terkendali dalam penanganan Virus Corona. "Dalam melaksanakan tugas, satgas harus mematuhi protokol yang telah ditetapkan pemerintah yang meliputi lima hal yaitu protokol komunikasi, area pendidikan, area publik dan transportasi, khususnya pintu masuk Indonesia dan protokol kesehatan. Seluruhnya harus bekerja mengacu pada protokol yang ditentukan pusat," pesannya. Sebagai Ketua Satgas COVID-19, Dewa Made Indra menekankan lima hal penting terkait penanganan Virus Corona di Provinsi Bali. Pertama memastikan peningkatan kapasitas penanganan penyakit, khususnya di fasilitas kesehatan, dalam hal ini rumah sakit. "Pastikan fasilitas kesehatan mempunyai kapasitas yang memadai untuk mengantisipasi peningkatan eskalasi penyebaran COVID-19. Pastikan juga memiliki kapasitas ruang isolasi dalam jumlah mencukupi dan standar yang memadai," kata dia.
âș Generasi muda berperan penting dalam pelestarian subak, yang menjadi warisan budaya dunia di Bali. Subak juga terancam minimnya perhatian dan minat kalangan usia muda terjun ke pertanian. OlehCOKORDA YUDISTIRA M PUTRA 4 menit baca KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri, kanan meninjau aktivitas generasi muda di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, saat menghadiri acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali, Senin 13/12/2012. Turut mendampingi, di antaranya, Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh berdiri, tengah.KARANGASEM, KOMPAS â Generasi muda berperan penting dalam melestarikan dan mengembangkan subak sebagai warisan budaya dan tradisi yang sarat nilai kearifan lokal. Selain derasnya alih fungsi lahan dan persaingan pasokan air, keberadaan subak sebagai sistem tata kelola irigasi tradisional di Bali semakin terancam karena minimnya perhatian dan minat kalangan muda terjun ke sektor pertanian, termasuk subak, juga sekretaris tim penyusunan proposal warisan budaya dunia WBD subak, I Wayan Windia, mengatakan, eksistensi subak di Bali mengalami tekanan dan ancaman dari berbagai sisi. Subak sebagai warisan budaya yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 Masehi tergerus jumlah dan luas lahannya. âSubak termarjinalisasi. Lahan sawah banyak dialihfungsikan akibat hegemoni kapitalisme,â kata Windia, yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Wira Bhakti Denpasar ketika ditemui di Selat, Karangasem, Bali, Senin 13/12/2021.Senada Windia, Rektor Universitas Dwijendra Denpasar I Gede Sedana, mengatakan, subak di Bali menghadapi tantangan yang kompleks. Regenerasi petani minim, sementara petani krama warga subak menua, pasokan air yang terbatas, dan derasnya alih fungsi lahan sawah menjadi persoalan selain masih adanya pelabelan petani miskin. Sedikit generasi usia muda yang memperhatikan pertanian. âPertanian perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur,â kata Sedana di Karangasem, Senin 13/12/2021.Baca juga âKartu Kuningâ Warisan Dunia di IndonesiaKOMPAS/COKORDA YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyerahkan sertifikat kepada perwakilan peserta Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Ketua Dewan Pimpinan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh kiri mendampingi Artha pakar subak itu ditemui dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali yang dilangsungkan di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, merupakan kegiatan sekolah lapangan yang diinisiasi dan difasilitasi Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia BPPI dan diselenggarakan bersama Yayasan Bali Kuna Santi dan Yayasan Arsari dalam upaya pelestarian pusaka budaya dunia, termasuk juga Polandia Bantu Budidaya Sistem Akuaponik di BaliBIFSS tahun ketujuh yang diselenggarakan sejak Sabtu 11/12/2021 sampai Senin 13/12/2021 diikuti 15 peserta secara langsung di luar jaringan/luring dan sejumlah peserta dari kalangan akademisi yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri, termasuk dari Jepang. Adapun ke-15 peserta secara luring itu tidak hanya dari Bali, namun juga dari luar daerah perlu dibantu, dilindungi, dan diperbaiki sehingga petani makmur SedanaDari siaran pers BPPI, Direktur Eksekutif BPPI M Hasbiansyah Zulfahri menyebutkan, BIFSS 2021 bertemakan âThe Role of Youth in Building Sustainable and Resilient Subakâ, atau peran generasi muda dalam kelestarian dan ketahanan subak, dan bertujuan menjadi wadah dan kesempatan bagi generasi muda untuk menjawab tantangan yang dihadapi YUDISTIRA Aktivitas petani di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali, ketika didokumentasikan pada Senin 13/12/2021. Sistem tata kelola pertanian irigasi tradisional di Bali dikenal sebagai juga Subak dan Petani Mendesak DiselamatkanSementara itu, dalam konferensi pers secara virtual mengenai kajian pendahuluan tentang residu pestisida pada sayuran segar di Denpasar, Senin 13/12, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI Sudaryatmo menyebutkan, kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian juga dipengaruhi masih timpangnya pendapatan petani yang mempengaruhi kesejahteraan petani. âSecara eksisting, usia petani di Indonesia banyak di atas 40 tahun,â kata Sudaryatmo secara duniaAdapun subak di Bali diakui sebagai warisan budaya dunia WBD dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO sejak 2012. Secara fisik, subak adalah sistem irigasi pengairan sawah di Bali. Subak juga mengandung sistem budaya dan adat yang mencerminkan filosofi Tri Hita Karana atau hubungan selaras dan harmonis tiga sumber pokok kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat YUDISTIRA Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa berdiri memberikan sambutan dalam acara penutupan Bali International Field School for Subak BIFSS atau Sekolah Lapangan Internasional tentang Pelestarian Subak di Bali dalam acara penutupan BIFSS di Jero Tumbuk, Desa Selat, Kecamatan Selat, Karangasem, Senin 13/12/2012. Dalam acara penutupan BIFSS 2021 di Karangasem, Senin 13/12/2021, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyatakan, subak mencerminkan nilai kearifan lokal Bali. Artha Dipa mengakui, keberadaan subak mengalami keterancaman, di antaranya terjadinya alih fungsi lahan sawah, ancaman gagal panen akibat serangan hama ataupun bencana alam, dan minimnya regenerasi juga Keberadaan Subak Bali Harus DipertahankanâPeran aktif dari generasi muda diperlukan demi mempertahankan subak,â kata Artha Dipa ketika memberikan pidato sambutannya dalam acara penutupan BIFSS 2021.âSaya menyambut baik kegiatan Bali International Field School for Subak di Karangasem. Kegiatan ini akan memberi pengalaman baru dan pengenalan terhadap subak,â Kepala BIFSS 2021, yang juga Ketua Dewan Pimpinan BPPI, Catrini Pratihari Kubontubuh, BIFSS yang diinisasi mulai 2015 diadakan dengan tujuan memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai subak. Peserta dikenalkan dengan subak melalui pemaparan para ahli dan pengalaman langsung di lapangan sehingga memahami konsep subak sebagai manifestasi nilai Tri Hita lanjut, Artha Dipa menyatakan subak penting dilestarikan. Selain karena mengandung nilai budaya, tradisi, dan adat, subak juga penting demi menjamin ketahanan pangan karena pertanian merupakan sumber produksi pangan. âKe depannya, subak memerlukan pengembangan teknologi, tetapi tanpa menghilangkan roh subak sebagai kearifan lokal Bali,â Sri Kumoro Petani beraktivitas di sawah berundak dengan sitem pengairan subak di Tegalalang, Ubud, Bali.
Jakarta, 29 Oktober 2022 â Kesan takjub tersirat dari wajah para delegasi G20 yang tengah mengunjungi Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali, pada penghujung September 2022. Dalam kunjungan tersebut, rombongan diajak menyusuri hamparan sawah berpadi nan menguning. Pada kesempatan itu, mereka sekaligus diperkenalkan dengan pola irigasi khas Bali, yang dikenal dengan nama Subak. Adalah Wakil Menteri Pertanian Amerika Serikat Jewel H Bronough yang mengungkapkan kekagumannya terhadap Subak. Sistem irigasi tersebut dianggapnya mampu memberikan hasil yang lebih baik, dan terpenting mampu menekan efek pemanasan global. Tak heran jika kemudian dia pun berharap Subak dapat diadopsi di sebagian besar negara di dunia, guna menjaga kelestarian lingkungan dan alam. Sebagai kearifan lokal Indonesia tentang praktik pertanian berkelanjutan, dengan sistem climate smart agriculture CSA, yang menjadi upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, subak juga telah diakui dunia. Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan UNESCO menetapkan sistem subak di Bali sebagai warisan budaya dunia WBD pada 2012. Di mana kawasan WBD itu berada di lima wilayah kabupaten yaitu Bangli, Gianyar, Tabanan, Buleleng, dan Badung. Luas kawasan itu berada lebih dari hektare dan Jatiluwih yang merupakan kawasan sawah berundak di kaki Gunung Batukaru, Kecamatan Penebel, Tabanan, kerap disebut ikon subak. Subak sendiri diketahui berpegang pada filosofi âParas-paros sarpa naya selulung subayan takaâ, yang memiliki arti saling memberi dan menerima/berat sama dipikul ringan sama dijinjingâ mengutamakan semangat gotong royong dalam pengelolaannya. Filosofi lain yang juga jadi pedoman subak adalah tri hita karana atau tiga penyebab kebahagiaanâ yaitu Tuhan, manusia, dan alamnya. Jadi sistem pengaturan irigasi Subak yang sudah dipraktikkan sejak abad XI itu senantiasa menempatkan jati diri masyarakat Bali yang mengutamakan harmonisasi antara Tuhan, manusia, dan alam. Dalam Perda Provinsi Bali nomor 9 tahun 2012 tentang Subak mendefinisikan bahwa sistem irigasi pertanian itu merupakan sebuah organisasi tradisional di bidang tata guna air dan/atau tata tanaman di tingkat usaha tani. Khusus, di masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religious, ekonomis, yang secara historis terus tumbuh dan berkembang. Biasanya, setiap subak memiliki lima pura yang dinamakan Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul. Pura tersebut dibangun khusus oleh para petani yang diperuntukkan bagi Dewi Kemakmuran dan Kesuburan Dewi Sri. Begitulah yang ditulis dalam Jurnal Perhotelan dan Pariwisata Volume 7 Nomor 2, JuliâDesember 2017, yang ditulis I Nyoman Jamin Ariana, dkk. Jika umumnya subak hanya mengambil satu titik sumber air atau disebut one inlet system. Tapi berbeda halnya dengan subak Jatiluwih, yang menggunakan lebih dari satu sumber air untuk mengairi seluruh area persawahan yang terdiri dari beberapa tempek atau sub subak. Sumber air subak di Desa Jatiluwih berasal dari Danau Tamblingan yang merembes dari resapan Gunung Batukaru yang menimbulkan sumber air lain, yaitu Sungai Yeh Hoo, Yeh Bat, dan Yeh Pusut. Sumber air lain subak Jatiluwih juga ditemukan di setiap persawahan, seperti di Pura Bhet Gedong dan Pura Candi Kuning. Desa Jatiluwih berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut mdpl. Terletak di kaki Gunung Batukaru, yang merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Dewata, setelah Gunung Agung. Desa Jatiluwih berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Denpasar, atau memerlukan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Data Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mencatat, luas areal persawahan berundak di Jatiluwih paling luas di seluruh Bali, yaitu lebih dari hektare. Subak Jatiluwih terdiri dari tujuh subsubak/tempek dengan dua karakteristik, yaitu subak basah dan subak kering. Subak basah dapat dijumpai di subsubak/tempek Besi Kalung, Gunungsari, Kedamean, Kesambi, Uma Kayu, Uma Duwi, dan Telabah Gede. Sementara subak kering terdapat pada subak Abian Jatiluwih dan subak Abian Gunungsari. Ada pula subsubak/tempek yang memiliki dua karakteristik sekaligus, yaitu, tempek subak Kesambi dan Gunungsari. Dari karakteristik itulah subak Jatiluwih menerapkan sistem tanam berdasarkan musim yang disebut dengan âkerta masa.â Sistem ini menggunakan pola tanam sejajar dengan pola pengairan berundak atau terasiring. Pada subak basah, petani menanam padi secara bergiliran. Januari menanam padi beras merah dan dipanen pada Juni. Sedangkan pada Juli hingga November, petani akan menanam dan memanen padi beras putih. Beras merah ini menjadi ciri khas produksi pertanian subak Jatiluwih. Keselarasan dengan Alam Keselarasan dengan alam juga ditemukan dalam mitos yang masih dipercaya masyarakat Desa Jatiluwih. Dalam hal aturan subak, masyarakat dilarang membajak sawah pada hari-hari keagamaan, seperti saat purnama dan tilem rainan/hari suci menurut keyakinan umat Hindu Bali. Masyarakat juga dilarang membajak sawah pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Nyepi, termasuk hari lahir pemilik subak hari otonan. Pada saat proses panen, masyarakat juga memercayai larangan bagi suami istri untuk menunggu hasil panen secara bersama-sama. Bagi pemilik subak, mereka dilarang memulai penanaman benih padi sebelum tempek Telabah Gede. Masyarakat meyakini, jika hal itu dilanggar akan mengakibatkan gagal panen. Panorama persawahan berundak atau terasiring di Desa Jatiluwih telah diakui badan PBB UNESCO sebagai warisan budaya pada 2012. Pengakuan ini menjadi hadiah bagi masyarakat Desa Jatiluwih atas kebajikan darma yang sudah dilakukan sejak 1993 dengan menetapkan area persawahan subak sebagai desa wisata. Jauh sebelum itu, tepatnya Agustus 1975, pakar adat dan agama kanwil Departemen Agama Provinsi Bali I Gusti Ketut Kaler mencetuskan gagasan untuk melestarikan lembaga adat subak sebagai warisan luhur bangsa. Dari catatan di museum Subak diperoleh informasi bahwa sistem pengaturan irigasi pada masyarakat Bali itu dilakukan para petani yang tergabung dalam lembaga tradisional subak. Kemudian dalam perkembangannya, subak berperan dalam meningkatkan produksi pangan dan pelestarian lingkungan, termasuk sumber air. Penyuluh Pertanian Ahli Pertama I Gede Vibhuti Kumarananda dalam Asal Mula Sistem Subak di Bali menyebutkan, kegiatan pertanian sudah ada di Bali sekitar 882 M. Ini ditandai dengan kata humaâ dalam prasasti tertua di Bali, yaitu Prasasti Sukawana A1Purwita, 1993, yang menunjukkan bahwa sistem irigasi di Bali sudah diterapkan oleh petani sejak lebih dari seribu tahun silam. Jika mengacu pada Prasasti Pandak Badung tahun 1071 M kata subakâ muncul lewat kata âKasuwakanâ yang kemudian menjadi âKasubakanâ. Pada Prasasti Klungkung tahun 1072 M nama subakâ disebut di dalamnya, yaitu Subak Rawasâ. Kata âKasuwakanâ yang berarti daerah subak juga ditemukan pada beberapa prasasti lain, Prasasti Trunyan 881 M, Prasasti Sukawana 882 M, Prasasti Bebetin A 896 M, Prasasti Buwahan, Timpag, dan Bugbug. Kata Subak juga ditemukan dalam naskah lontar Bali Kawit Babad Hindu Wenten Ring Bali, yaitu Sang mikukuhang sawah kewastanin subak, sang mikukuhang toya kewastanin pekaseh, ika mawenang mangepah toya punikaâ. Artinya kurang lebih begini, Orang yang aktif menggarap sawah disebut anggota subak, yang mengatur pembagian air disebut pekaseh, semuanya bertanggung jawab atas pembagian air di antara anggota subakâ. Kearifan lokal subak yang mengusung konsep keberlanjutan sejalan dengan sistem climate smart agriculture CSA, sebagai upaya menghadapi perubahan iklim. Perubahan curah hujan dan kenaikan suhu udara yang juga berdampak di sektor pertanian, selain mengubah jadwal tanam, juga mengakibatkan produksi pertanian menurun. Di sinilah strategi adaptasi dan mitigasi menjadi upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satunya, melalui pengembangan teknologi pengelolaan air yang serasi dengan nilai-nilai kearifan lokal. *** Narahubung Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo â Usman Kansong 0816785320. Dapatkan informasi lainnya di Terkait
Uploaded byrailguns159 0% found this document useful 0 votes2K views3 pagesDescriptionebookCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes2K views3 pagesCara Pelestarian Subak Di BaliUploaded byrailguns159 DescriptionebookFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
jelaskan mengenai upaya pemerintah daerah bali untuk melestarikan subak